Merenung Pesan Luqmanul Hakim
Foto : kidsklik.com |
Oleh Urwah el Qudsy
وإذ قال لقمان لابنه وهو يعظه يبني لاتشرك بالله إن الشرك لظلم عظيم
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman : 13)
Luqmanul Hakim merupakan salah satu suri tauladan diantara para bapak yang sangat memperhatikan pendidikan anak. Baik pendidikan ruhiyah maupun jismiyah, mental maupun badan.
Beliau merupakan orang tua yang sadar akan tugas yang diamanahkan kepadanya, yakni merawat dan memelihara serta mendidik anak-anaknya. Memberinya pelajaran, memberinya makan dari hasil yang halal, serta memberi pakaian dengan pakaian yang baik, pakaian ihsan dan taqwa.
Luqman adalah seorang lelaki yang dikaruniai hikmah oleh Allah berupa ilmu, agama dan kebenaran dalam ucapan. Dia memberi fatwa sebelum Dawud diutus dan sempat menjumpai masanya. Lalu Lukman menimba ilmu dari Nabi Dawud dan meninggalkan fatwanya sendiri.
Mujahid berkata,”Luqman adalah seorang budak hitam dari Habasyah, tebal kedua bibirnya, dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari ketika dia duduk di majelis sedang berceramah kepada orang banyak, datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu bertanya, ‘Bukankah engkau yang tadi menggembala kambing di tempat ini dan itu?’ Luqman menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu bertanya, ‘Lalu apa yang menghantarkanmu sampai pada kedudukan terhormat seperti yang kulihat sekarang ini?’ Luqman menjawab, ‘Benar dalam berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan menjadi urusanku.’”
Pesan-pesan yang disampaikan Luqmanul Hakim kepada anaknya meliputi pesan yang berkenaan antara hubungan hamba dengan Robnya, antara hamba dengan sesama. Itu semua tertuang dalam bait-bait ayat yang telah Allah abadikan di dalam surat Luqman.
Adapun pesan-pesan Luqman kepada anaknya adalah :
1. Tidak mensekutukan Allah swt.
Pesan ini beliau katakan seperti dalam firman Allah "Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman : 13)
Orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya dan keselamatan hidupnya kelak di akhirat adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan pendidikan tauhid, yaitu memurnikan segala amalnya hanya untuk Allah, tanpa dicampuri dengan yang lain, karena itu akan menjadi sekutu dan tandingan Allah, dan sesungguhnya syirik itu merupakan dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah jika si pelaku dosa syirik itu meninggal dalam keadaan musyrik (mensekutukan Allah)
Sebagaimana firman Allah : “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik itu bagi siapa saja yang dikehendaki-Nya.”. (QS. An Nisa’ : 116). Dan firman-Nya : “Dan Robmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia…”. (QS. Al Isro’ : 23).< Tugas orang tua dalam mendidik anak sejak kecil adalah mengenalkan anak akan siapa Tuhannya, siapa yang mencipta dan mengurusi alam semesta ini, mengerti siapa nabinya, dan mengerti apa agamanya, sehingga anak mengerti dan paham akan tugas hidup di dunia ini, yaitu beribadah kepada Allah semata dengan cara mengikuti sunnah Rosul-Nya. Sebagaimana yang telah dipesankan oleh nabi Ibrahim dan Ya’qub kepada anak-anaknya: "Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam." (QS. Al Baqoroh : 132)
Dan seperti yang di wasiatkan Ya’qub kepada anak-anaknya sebelum beliau wafat : "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya." (QS. Al Baqoroh : 133)
Inilah gambaran orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan agama kepada anaknya. Pertanyaan yang pertama kali ia tanyakan sebelum ia meninggal adalah apa yang akan kamu ibadahi, bukan apa yang akan kamu makan nanti setelah sepeninggalku ?. pendidikan agama lebih dikedepankan daripada pendidikan materialistik, karena pendidikan agama akan membawa anak kepada keselamatan di kehidupan akhirat kelak
Orang tua yang mengajar anaknya akan ilmu akhirat, maka anak itupun akan mendapatkan juga ilmu dunia, berbeda kalau cuman dididik dengan ilmu dunia saja, maka anak tidak akan mungkin mendapat ilmu akhirat. Dikatakan dalam pepatah : “Siapa mencari akhirat maka dunia akan dia dapat, tapi siapa yang hanya mencari dunia maka akhirat tak akan dia dapat”
foto dari kisahislam.info |
2. Berbuat baik kepada kedua orang tua
Mendidik anak untuk berbuat baik kepada orang tua ditekankan dari sedini mungkin oleh Luqmanul Hakim kepada anak-anaknya, karena orang tua adalah yang menyebabkan mereka ada di dunia ini.
Pesan ini Allah abadikan dalam firman-Nya : “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”. (QS. Luqman : 14).
Pendidikan sopan santun hendaknya diajarkan mulai sejak dini, dari mulai sopan kepada kedua orang tua, berbakti kepadanya dan tidak durhaka kepadanya.
Melihat kehidupan modern sekarang, banyak anak yang tidak mengerti sopan dan santun kepada orang tuanya, bahkan tidak sedikit yang mendurhakainya. Berani kepadanya dan melawan keduanya. Bahkan tidak sedikit anak yang memperbudak orang tuanya.
Mendidik anak agar mengerti sopan santun dan beradab kepada orang tua sangat ditekankan dalam Islam, bahkan Allah swt. pun menekankan hal ini. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya
“Dan Robmu talah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “UF (Ah)”dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah “Wahai Robku, kasihanilah mereka berdua sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil”. (QS. Al Isro’ : 23-24).
Berbuat baik kepada orang tua merupakan kewajiban bagi anak yang harus ia tunaikan, selaku anak yang telah dilahirkan dan dirawat sejak kecil. Patuh kepada kedua orang tua merupakan keharusan, walaupun kedua orang tuanya berlainan agama, ia tetap dipatuhi perintahnya jika perintahnya tidak maksiat kepada Allah. Sebagaimana firman Allah :
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mensekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergauililah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Luqman : 15).
3. Menanamkan pada diri anak akan kasih sayang Allah swt.
Menanamkan pada diri anak akan kasih dan sayang Allah kepada nya merupakan pendidikan yang sangat baik dan mulia. Dengan itu anak akan merasa senang dan bahagia serta optimis dalam beribadah kepada-Nya, karena setiap amalan yang ditujukan kepada-Nya akan mendapat balasan dari-Nya. Yaitu balasan pahala Jannah. Allah swt. berfirman
"(Luqman berkata) : “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau langit atau dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui”. (QS. Luqman : 16)
Ketika anak mengerti bahwa Allah akan membalas semua jerih payahnya, maka ia akan selalu berusaha untuk beramal yang baik. Ia akan senantiasa meningkatkan amalnya dan selalu taat kepada perintah-Nya serta selalu berbakti kepada kedua orang tuanya.
4. Mengenalkan anak akan kewajiban dia kepada Robnya
Mengenalkan anak akan kewajiban yang harus ia tunaikan dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti, sholat, shodaqoh, amar ma’ruf-nahi mungkar, syukur dan sabar. Sebagaimana firman Allah swt.
"Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman : 17)
Ketika anak mengerti dan paham akan kewajiban yang harus ia tunaikan, maka dengan sendirinya ia akan melakukan amalan tersebut dengan baik dan dengan lapang hati.
foto : randomwallpapers.net |
5. Mengajarkan sopan santun dan rendah hati kepada anak
Akhlak adalah penghias diri seseorang. Ia akan dihormati dan dihargai karena akhlak mulianya, sementara ia akan dihina dan dilecehkan karena kesombongan dan akhlaknya yang tercela. Pesan sopan santun dan merendahkan hati telah dipesankan oleh Luqmanul hakim kepada anaknya yang termaktub dalam firman Allah :
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai”. (QS. Luqman : 18-19).
Orang akan dicintai karena akhlak dan ilmunya, bukan pangkat dan kekuasaannya. Karena pada hakikatnya kekuasaan hanyalah sementara. Akhlak yang mulia menjadi penghias diri seorang mukmin dan ia akan menjadi pakaian yang mulia
Orang tua yang bertanggung jawab akan pendidikan anaknya, maka ia akan selalu memperhatikan pendidikannya dari sejak lahir hingga balig nanti. Ia didik anaknya dengan didikan islami, sebagaimana para salafus sholih mendidik anak-anaknya
Anak adalah amanah, siapa saja yang menyia-nyiakan amanah maka ia telah mendurhakai yang memberi amanah. Anak laksana tanah liat yang siap dibentuk dengan bentukan apa saja. Ia akan menjadi bentuk yang baik manakala pendesainannya baik dan rapi, tapi ia akan menjadi gambar yang jelek jika desainnya jelek dan amburadul. Anak bagaikan kain putih yang bersih dan suci, ia siap diberi warna apa saja, dan sebaik-baik warna yang menghiasi kain putih adalah warna dan cahaya Ilahi.
Sebagaimana firman Allah : “Sibghoh Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghohnya daripada Allah ? Dan hanya kepada-Nyalah kami menyembah”. (QS. Al Baqoroh : 138).
Siapakah yang akan meniru jejak langkah Luqmanul Hakim. Dan siapakah yang akan menjadi Lukmanul Hakim kedua?
Sibghoh Allah adalah celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan
Post a Comment for "Merenung Pesan Luqmanul Hakim"